Nama gue A***e (tebak aja huruf dibalik bintang). Umur saya 27 tahun dan suka bercerita.
Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup gue, dan hanya akan jadi kenangan saat itu semua tak dibagi atau diNikmati.
Melalui Catatan singkat ini gue ingin berbagi cerita bahwa drama bukan hanya milik wanita, dan karma bukan hanya untuk para pria. Diluar sana banyak pula pria yang harus mengalami drama percintaan berdarah-darah dan penuh pesakitan tanpa harus menangis tersedu-sedu seperti para wanita. Bedanya, hanya saja para pria tak pernah mengutuki wanita yang menyakitinya untuk mendapat karma atas apa yang sudah ia lakukan.
Terdengar terlalu sinis?
Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup gue, dan hanya akan jadi kenangan saat itu semua tak dibagi atau diNikmati.
Melalui Catatan singkat ini gue ingin berbagi cerita bahwa drama bukan hanya milik wanita, dan karma bukan hanya untuk para pria. Diluar sana banyak pula pria yang harus mengalami drama percintaan berdarah-darah dan penuh pesakitan tanpa harus menangis tersedu-sedu seperti para wanita. Bedanya, hanya saja para pria tak pernah mengutuki wanita yang menyakitinya untuk mendapat karma atas apa yang sudah ia lakukan.
Terdengar terlalu sinis?
Tak
percaya rasanya kini gue telah menjadi dewasa seperti yang gue nantikan
dahulu. Menjadi dewasa ternyata sangat membosankan dan penuh
perhitungan. Hidupku tak lagi sesimpel hidup yang seharusnya.
Akhir-akhir ini gue sedang merasa kalah telak dari segala sesuatu yang ada di dalam hidup gue. Pertemanan yang saling meninggalkan, mimpi yang
tergadaikan, dan kasmaran yang tak lagi sesimpel dahulu. Persis seperti
hidup yang tak lagi sesimpel hidup yang seharusnya.
Tiada yang tersembunyi dari apa yang seringkali aku ingkari dari banyak orang. Langit akan tetap biru, meski mereka tahu siapa aku sebenarnya. Warung tempat nongkrongku bersama teman-teman. Tak ada yang berubah kalaupun mereka paham sisi gelapku. Lantas, untuk apa aku bercerita pada mereka yang tak mau mendengarkan? Lebih baik aku disini. Menikmati intimnya setiap sentuhan jari pada tombol keyboard yang rela aku tekan berkali-kali.Dari satu topik ke topik lain yang sebenarnya hanya membahas tentang itu-itu saja. Tentang hidup yang tak lagi sesimpel hidup yang seharusnya.
Aku senang berada disini. Rasanya aku akan nyaman berlama-lama dan menumpahkan rasa di sini.
Tiada yang tersembunyi dari apa yang seringkali aku ingkari dari banyak orang. Langit akan tetap biru, meski mereka tahu siapa aku sebenarnya. Warung tempat nongkrongku bersama teman-teman. Tak ada yang berubah kalaupun mereka paham sisi gelapku. Lantas, untuk apa aku bercerita pada mereka yang tak mau mendengarkan? Lebih baik aku disini. Menikmati intimnya setiap sentuhan jari pada tombol keyboard yang rela aku tekan berkali-kali.Dari satu topik ke topik lain yang sebenarnya hanya membahas tentang itu-itu saja. Tentang hidup yang tak lagi sesimpel hidup yang seharusnya.
Aku senang berada disini. Rasanya aku akan nyaman berlama-lama dan menumpahkan rasa di sini.
Ditinggal seseorang yang sudah kusayang selama dua tahun bukanlah hal
mudah. Ada ruang yang mendadak kosong dan sedikit demi sedikit dipenuhi
oleh perasaan-perasaan aneh bin ajaib. Kalau saja kondisi ini bisa gue prediksi dua tahun lalu, tak rela rasanya pernah memulai berbagi
waktu. Lebih baik selalu kosong dan tenang, dibanding pernah meriah,
gempita, dan kosong tiba-tiba. Alasan ia meninggalkanku cukup klise.
Se-klise kasih sayangnya yang tak pernah terbalas impas olehku,
protesnya. Benarkah kasih sayang harus terbalas impas? Sesamarupa itukah
cinta dan transaksi? Harus impas dan setimpal? Cintaku gagal diuji,
sepertinya.
Namun, mengenang dan menyebut namanya selalu saja menjadi waktu-waktu terbaik dalam hidup gue hingga saat ini. Namun, rindu tetaplah rindu. Sekuat apapun kulunasi, tak sedikitpun dapat terganti. Untuk itulah rindu ada, agar bisa dinikmati ketiadaannya.
gue harus beranjak mencari apapun yang bisa mengisi ruang kosong ini. Apapun, bukan hanya siapapun. Sekalipun harus kudaki gunung yang selalu menyambutku dengan matahari siaga di puncaknya. Sekalipun harus kubelah semak hutan yang menyambutku dengan bisingnya ketenangan alam. Sekalipun harus ia lagi yang mengisinya..tapi itu tidak mungkin dan tak akan pernah mungkin
Namun, mengenang dan menyebut namanya selalu saja menjadi waktu-waktu terbaik dalam hidup gue hingga saat ini. Namun, rindu tetaplah rindu. Sekuat apapun kulunasi, tak sedikitpun dapat terganti. Untuk itulah rindu ada, agar bisa dinikmati ketiadaannya.
gue harus beranjak mencari apapun yang bisa mengisi ruang kosong ini. Apapun, bukan hanya siapapun. Sekalipun harus kudaki gunung yang selalu menyambutku dengan matahari siaga di puncaknya. Sekalipun harus kubelah semak hutan yang menyambutku dengan bisingnya ketenangan alam. Sekalipun harus ia lagi yang mengisinya..tapi itu tidak mungkin dan tak akan pernah mungkin
Untuk sebuah Nama dan
Untuk Cintanya yang sederhana,yang sampai sekarang masih berasa..
dan ini hanya sepenggal kisah gw..
Untuk Cintanya yang sederhana,yang sampai sekarang masih berasa..
dan ini hanya sepenggal kisah gw..
Dan ini Catatan kecil buat lo
mungkin juga lo gak bakal tau klo gue menulis sepenggal kisah ini disini..
Teruntuk ***** ********i
sampai sekarang pun gue masih bener-bener gak tau sama kata-kata lo dulu yang pake warna-warna. Gue bener-bener gak paham yang lo maksud tentang “abstrak” saat itu. Yang gue tau, gue cuma orang bego nan gila, begitu kata lo dulu. Tapi gue bukan orang yang bertindak bego nan gila dalam hal mewarnai kanvas hidup lo waktu itu. Maaf kalo gue gak menghargai niatan baik lo setelahnya. Seperti mendung di sore hari, kelabu masih pekat menutup senja dalam ingatan kala itu.
Kalo saja dulu gue bisa milih. Gue cuma ingin jadi crayon yang berwarna di kanvas hidup lo tanpa harus menggambarnya dulu. Bukan gue yang membuat hasilnya menjadi abstrak. Bukan gue juga yang bisa seenaknya memilih warna apa untuk gue hias di kanvas hidup lo tiap harinya, di tiap gue bangun tidur dan mulai ada di samping lo. Begitupun warna lain crayon untuk waktu-waktu berikutnya yang gue lalui bersama lo!
Well, walaupun begitu. Semoga Tuhan selalu memberi kebahagiaan kepada lo sepanjang waktu, sepanjang nafas yang lo hirup hingga tidur dan bermimpi, serta sepanjang jalan kehidupan yang lo lewati di masa sekarang. Gue disini tetep mendoakan lo yang terbaik dalam baris kata di hati yang diam-diam kadang masih mengingat lo.
Karena gue tau, orang yang ada di deket lo sekarang pasti juga merasa tentram tiap liat lo tersenyum. Yang merasa bahagia saat liat lo tertawa. Yang merasa nyaman ketika lo berikan sebuah pelukan hangat dengan kasih sayang. Yang berharap bisa deket lo terus karena kecupan manis dari bibir lo. Dimana dia bakalan selalu bersemangat menghampiri lo karena makanan dan secangkir kopi manis yang telah lo buat. Yang pastinya, dimana dia akan selalu merasa bersyukur sebelum tidur karena telah lo cinta.
Sorry, kalo gue nulis kenangan lo buat gue disini, beberapa cerita tentang kisah kita dulu. Ya! cuma beberapa, karena sisanya harus gue ceritakan kepada seseorang yang punya daun telinga nantinya, Serta sepucuk surat kecil yang berisi beberapa barisan kata hati gue buat lo saat ini, yang dimana gue sama sekali gak berharap dan (mungkin saja) gak bakalan pernah lo tau juga.
mungkin juga lo gak bakal tau klo gue menulis sepenggal kisah ini disini..
Teruntuk ***** ********i
sampai sekarang pun gue masih bener-bener gak tau sama kata-kata lo dulu yang pake warna-warna. Gue bener-bener gak paham yang lo maksud tentang “abstrak” saat itu. Yang gue tau, gue cuma orang bego nan gila, begitu kata lo dulu. Tapi gue bukan orang yang bertindak bego nan gila dalam hal mewarnai kanvas hidup lo waktu itu. Maaf kalo gue gak menghargai niatan baik lo setelahnya. Seperti mendung di sore hari, kelabu masih pekat menutup senja dalam ingatan kala itu.
Kalo saja dulu gue bisa milih. Gue cuma ingin jadi crayon yang berwarna di kanvas hidup lo tanpa harus menggambarnya dulu. Bukan gue yang membuat hasilnya menjadi abstrak. Bukan gue juga yang bisa seenaknya memilih warna apa untuk gue hias di kanvas hidup lo tiap harinya, di tiap gue bangun tidur dan mulai ada di samping lo. Begitupun warna lain crayon untuk waktu-waktu berikutnya yang gue lalui bersama lo!
Well, walaupun begitu. Semoga Tuhan selalu memberi kebahagiaan kepada lo sepanjang waktu, sepanjang nafas yang lo hirup hingga tidur dan bermimpi, serta sepanjang jalan kehidupan yang lo lewati di masa sekarang. Gue disini tetep mendoakan lo yang terbaik dalam baris kata di hati yang diam-diam kadang masih mengingat lo.
Karena gue tau, orang yang ada di deket lo sekarang pasti juga merasa tentram tiap liat lo tersenyum. Yang merasa bahagia saat liat lo tertawa. Yang merasa nyaman ketika lo berikan sebuah pelukan hangat dengan kasih sayang. Yang berharap bisa deket lo terus karena kecupan manis dari bibir lo. Dimana dia bakalan selalu bersemangat menghampiri lo karena makanan dan secangkir kopi manis yang telah lo buat. Yang pastinya, dimana dia akan selalu merasa bersyukur sebelum tidur karena telah lo cinta.
Sorry, kalo gue nulis kenangan lo buat gue disini, beberapa cerita tentang kisah kita dulu. Ya! cuma beberapa, karena sisanya harus gue ceritakan kepada seseorang yang punya daun telinga nantinya, Serta sepucuk surat kecil yang berisi beberapa barisan kata hati gue buat lo saat ini, yang dimana gue sama sekali gak berharap dan (mungkin saja) gak bakalan pernah lo tau juga.
Blink 182 – I miss you
https://www.youtube.com/watch?v=s1tAYmMjLdY
Sebuah lagu di mobil yang paling lo suka. Dimana lo pernah bilang ke gue kalo tiap denger lagu ini seakan-akan lo sangat merindukan sosok pangeran yang pernah berarti dalam hidup lo. Seakan-akan lo begitu merasa luluh walaupun pernah disakitinya. Seakan-akan pangeran lo itu menjemput lo lagi ke kehidupan baru di sebuah istana yang baru juga.
Hahaha, buat gue lagu tetaplah lagu. Cuma barisan kata dalam alunan nada yang membuat nyaman hati, tapi terkadang juga sekaligus membuat hati bergejolak. Gue gak pinter mengandai-andai kayak lo waktu itu. Bahkan lo juga tau kan kalo gue benci akan kata “andai”.
Dan gue cuma bisa ikut lo nyanyi dengan kerasnya saat di mobil. Tempat karaoke mini yang biasa lo gunain saat sama gue dulu. Hingga gue akhirnya tau kalo perkataan lo saat itu adalah sebuah isyarat dan gambaran awal buat jawaban hati paling dalem lo ke gue.
Hello there, the angel from my nightmare
The shadow in the background of the morgue
The unsuspecting victim of darkness in the valley
We can live like Jack and Sally if we want
Where you can always find me
We'll have Halloween on Christmas
And in the night we'll wish this never ends
We'll wish this never ends
oh.. I miss you, miss you..
oh.. I miss you, miss you..
Where are you and I'm so sorry
I cannot sleep I cannot dream tonight
I need somebody and always
This sick strange darkness
Comes creeping on so haunting every time
And as I stared I counted
Webs from all the spiders
Catching things and eating their insides
Like indecision to call you
and hear your voice of treason
Will you come home and stop this pain tonight
Stop this pain..
Don't waste your time on me you're already
The voice inside my head.. I miss you..
Don't waste your time on me you're already
The voice inside my head.. I miss you, miss you..
semoga saja lo masih menutup rapat-rapat beberapa halaman hitam di buku tentang kisah yang pernah gue buat untuk loe, beberapa halaman rahasia yang gak kebaca oleh gue. Tetap terjaga utuh dalam hati loe sebagaimana layaknya buku yang kini usang nan berdebu dengan tidak ada sobekan di salah satu halamannya karena gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar