Masa iya mau kayak gini terus Sob?
Pagi, siang, malam kita biarkan sanak keluarga kita saling memakan bangkai sesamanya sendiri. Duduk manis berteman teh panas, telungkup manja di atas bantal, anteng tak berkedip mendengar dan menyaksikan acara gossip-gossip murahan. Begitu antusias mencium aib yang bau menyengat. Atau tetes air mata nanah; tangis mengharu biru menyaksikan sinetron-sinetron yang penuh gombal dan tipu-tipu?
Mau sampe kapan kita begini Teman?
Pagi, siang, malam bapak-bapak, anak muda, bujang-bujang tanggung duduk sila berteman kopi, debat-debat kusir, bersemangat menyaksikan acara berita atau talk show dari pembicara-pembicara yang berceceran air ludah, sok bergaya, sok tahu, tak tahu malu. Mereka-mereka yang memiliki prinsip culas level setan mata tiga; 'berbicara sebanyak-banyaknya, bekerja seperlunya'.
Mau dibawa kemana semua ini kawan?
Setiap lekuk kehidupan dipenuhi iklan-iklan konsumerisme berbungkus kemasan menarik, seolah semua suci bagai perawan-perawan khayangan yang tak berdosa. Panggung-panggung pertunjukan gemerlap konsumerisme dihiasi polling-polling dongo tak berakal yang dibuat seolah mampu bermanfaat, laksana patriot yang diciptakan untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara. Setiap ayun kaki melangkah mentok sana-sini dengan Mall, Plaza, City Center, bahkan di kampung-kampung pun tak ayal dikepung swalayan-swalayan, mini market, habis semua lahan untuk dagang, dagang, dan dagang.
Apa ini yang disebut budaya Mas Bro?
Tengok, pemilik gaya ini!! Bah, dia melenggang dengan mobilnya yang mewah. Yang harganya saja tetap tak terbeli meski seorang pembantu telah menabung dari hasil bekerjanya selama puluhan tahun. Lihat, si pemeran sinetron itu, ia menangis sebentar, kontan dibayar seharga uang sekolah si bujang selama setahun. Mereka hamburkan harta dunia, durasi setengah menit iklan di televisi seharga perbaikan jembatan desa agar anak-anak tak perlu bertaruh nyawa, berenang menyeberang kali untuk sekedar menuntut ilmu.
Woyyyy......, yang kita bicarakan ini budaya tentang apa, hah?!!
Kita kenal teman di negeri seberang; antah berantah, kita add account artis, penulis, macam dekat benar ber-celetak-celetuk, ketawa-ketiwi diberanda, wall, pages-nya. Tapi apakah kita kenal tetangga sebelah rumah? Pernah mengantar rantang makanan ke mereka? Atau jangan-jangan kalau ada orang bertanya di mana rumah seseorang, kita cuma melongo bego, manggut-manggut gak jelas. padahal rumahnya persis di depan jidat kita???
Kita jago berselancar di internet. Menjelajahi setiap sudut dunia hanya dalam kedipan mata. Cukup masukkan kata kunci, mesin pencari akan menemukannya dengan rinci. Contoh aja, lu masukkan kata kunci "Anak SMA" maka beratus-ratus situs akan muncul menawarkan potret-potret gemulai remaja. Apa ini yang kita sebut budaya?
Hari ini semua urusan hanya berkisar antara perut, selangkangan, gembar-gembor lisan, ucapan sumpah serapah bak sampah. Tidak ada lagi kesempatan bagi hati untuk bisa sedetik saja memberitahu: Pada akhirnya semua hanya akan menjadi debu, berterbangan, musnah, tiada bersisa.
Namun gue percaya, serumit apapun permasalahan yang mengukung bangsa ini Kita masih memiliki harapan.
Maka apapun yang bisa Loe lakukan untuk memperbaiki bangsa ini.
Lakukanlah!!!
INDONESIA INI MILIK KITA KAWAN..
BUKAN MILIK MEREKA......
Pagi, siang, malam kita biarkan sanak keluarga kita saling memakan bangkai sesamanya sendiri. Duduk manis berteman teh panas, telungkup manja di atas bantal, anteng tak berkedip mendengar dan menyaksikan acara gossip-gossip murahan. Begitu antusias mencium aib yang bau menyengat. Atau tetes air mata nanah; tangis mengharu biru menyaksikan sinetron-sinetron yang penuh gombal dan tipu-tipu?
Mau sampe kapan kita begini Teman?
Pagi, siang, malam bapak-bapak, anak muda, bujang-bujang tanggung duduk sila berteman kopi, debat-debat kusir, bersemangat menyaksikan acara berita atau talk show dari pembicara-pembicara yang berceceran air ludah, sok bergaya, sok tahu, tak tahu malu. Mereka-mereka yang memiliki prinsip culas level setan mata tiga; 'berbicara sebanyak-banyaknya, bekerja seperlunya'.
Mau dibawa kemana semua ini kawan?
Setiap lekuk kehidupan dipenuhi iklan-iklan konsumerisme berbungkus kemasan menarik, seolah semua suci bagai perawan-perawan khayangan yang tak berdosa. Panggung-panggung pertunjukan gemerlap konsumerisme dihiasi polling-polling dongo tak berakal yang dibuat seolah mampu bermanfaat, laksana patriot yang diciptakan untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara. Setiap ayun kaki melangkah mentok sana-sini dengan Mall, Plaza, City Center, bahkan di kampung-kampung pun tak ayal dikepung swalayan-swalayan, mini market, habis semua lahan untuk dagang, dagang, dan dagang.
Apa ini yang disebut budaya Mas Bro?
Tengok, pemilik gaya ini!! Bah, dia melenggang dengan mobilnya yang mewah. Yang harganya saja tetap tak terbeli meski seorang pembantu telah menabung dari hasil bekerjanya selama puluhan tahun. Lihat, si pemeran sinetron itu, ia menangis sebentar, kontan dibayar seharga uang sekolah si bujang selama setahun. Mereka hamburkan harta dunia, durasi setengah menit iklan di televisi seharga perbaikan jembatan desa agar anak-anak tak perlu bertaruh nyawa, berenang menyeberang kali untuk sekedar menuntut ilmu.
Woyyyy......, yang kita bicarakan ini budaya tentang apa, hah?!!
Kita kenal teman di negeri seberang; antah berantah, kita add account artis, penulis, macam dekat benar ber-celetak-celetuk, ketawa-ketiwi diberanda, wall, pages-nya. Tapi apakah kita kenal tetangga sebelah rumah? Pernah mengantar rantang makanan ke mereka? Atau jangan-jangan kalau ada orang bertanya di mana rumah seseorang, kita cuma melongo bego, manggut-manggut gak jelas. padahal rumahnya persis di depan jidat kita???
Kita jago berselancar di internet. Menjelajahi setiap sudut dunia hanya dalam kedipan mata. Cukup masukkan kata kunci, mesin pencari akan menemukannya dengan rinci. Contoh aja, lu masukkan kata kunci "Anak SMA" maka beratus-ratus situs akan muncul menawarkan potret-potret gemulai remaja. Apa ini yang kita sebut budaya?
Hari ini semua urusan hanya berkisar antara perut, selangkangan, gembar-gembor lisan, ucapan sumpah serapah bak sampah. Tidak ada lagi kesempatan bagi hati untuk bisa sedetik saja memberitahu: Pada akhirnya semua hanya akan menjadi debu, berterbangan, musnah, tiada bersisa.
Namun gue percaya, serumit apapun permasalahan yang mengukung bangsa ini Kita masih memiliki harapan.
Maka apapun yang bisa Loe lakukan untuk memperbaiki bangsa ini.
Lakukanlah!!!
INDONESIA INI MILIK KITA KAWAN..
BUKAN MILIK MEREKA......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar