Kamis, 13 Maret 2014

Waktu Indonesia bagian nostalgia.

Sebenernya, tiap inget peristiwa yang udah-udah, selalu memunculkan dilema tersendiri. Satu sisi, mungkin gak menarik buat jadi bahan cerita, karena waktu itu cuma gue aja yang mengerti ke-special-an hari itu.


Sementara sisi yang lain, tiap gue inget-inget gue selalu mengutuk diri. Untuk kebodohan gue, bukan penyesalan karena gue udah ngalamin hari itu. Tapi karena kebodohan gue, yang menyebabkan cuma gue yang mengenang hari itu. Bukan dia, bukan temen dia, bukan juga orang-orang sekitar. Ya, hari itu tidak seperti cerita cinderella yang banyak orang mengetahui kisah romantisnya.

Gue? Pria yang kemana-mana pake sendal jepit, kolor, kaos kutang, dan skuter metik kesayangan gue. Tapi, kalo ganteng sih iya. Takdir alam gak bisa dipungkiri. Gue gak mau nanggung dosa gara-gara merendahkan diri dengan sebutan “gue cuma pria biasa”
Izinin gue narsis ya, kali ini aja. Cuma mau mensyukuri anugerah Tuhan.muhehehheehhe...

Gue berasal dari keluarga yang biasa saja. Enggak miskin, enggak kaya. Tapi gue selalu tampil gaya, yaa gaya yang gue sebutkan tadi tentunya. Buat gue, itu gaya. Karena kemeja, sepatu, dan celana bahan adalah hal yang paling gue hindari. Boleh sebut gue urakan, gue mengakui itu.

Gue juga termasuk orang yang jarang banget dapet kasih sayang. Mungkin juga gue orang yang gak tau diri dengan gak menganggap kasih sayang yang udah diberikan oleh orang-orang sekitar gue. Persetan dengan itu, gue selalu sensitif dengan kata ‘sayang’.

Tapi, gue selalu percaya, keluarga gue sayang sama gue. Biar gak ada satupun yang bilang langsung, “gue sayang sama lo!” 

       Bicara soal,  cinta. Apa yang lo pikirin? Indah? Sakit? Manis? Pahit? Atau kesemuanya? Kalo menurut gue, cinta itu bunglon. Dia bisa berbah warna, sesuai tempat ia berpijak. Kadang, cinta itu seperti kocokan arisan. Kita enggak tau, nama siapa yang bakal keluar. Ada yang usaha deketin cewek dari kota sebelah, nikahnya sama tetangga sebelah. Ada yang udah pacaran bertahun-tahun, nikahnya sama sahabat (mantan) pacarnya.

Cukup menggelikan ya bicara soal cinta.

“Hari gini lo masih ngomong cinta?”
“Hari gini masih galau karena cinta?”
“Hari gini masih nangis karena cinta?”

Cuih.., munafik banget orang yang berkata seperti itu.

Percaya sama gue, semua orang bisa jadi pujangga dadakan kalo udah disapa oleh cinta. Tapi, emang ada sih beberapa yang jatohnya malah lebay, atau bahkan menjijikan. Enggak sedikit juga yang jatohnya bijak, keren, dan elegan.
Cinta, satu hal paling tak terdefinisikan. Satu hal yang komponen pembentuknya tak bisa dipecahkan ilmuwan setara Einstein sekalipun. Dan, satu hal yang sering dipuja sekaligus dibenci.
Ada mereka yang menjadi kaya raya karena cinta, menurut pada pepatah ‘dibalik pria sukses terdapat wanita hebat’ yang dibuktikan langsung oleh yang ter-istimewa Ainun dan Habibi.
Ada mereka yang menjadi sebegitu bodohnya dan dekat dengan ajal karena cinta, yang dikisahkan oleh Romeo dan Juliet. Coba aja salah satu insiatip gitu manggil dokter terus tanyain udah mati apa belum, mereka berdua pasti hidup bahagia.
Semuanya berhasil, mendefinisikan cinta sebagai hal yang menyenangkan sekaligus mengerikan. Cuma FTV yang gagal mendefinisikan cinta.







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar